Tong Sampah

Beberapa hari yang lalu seorang sahabat tampak kurang baik keadaannya. Kami menanyakan apa masalahnya, apa yang bisa kami bantu. Agaknya ia belum bisa terbuka pada kami tentang masalahnya. Melihat beban berat yang ada di matanya, seorang sahabat  bilang, “Apapun masalahmu, jangan biarkan hanya menumpuk dan mengendap di dadamu tanpa pemecahan, tanpa dibuang. Berbagilah dengan siapapun yang bisa kaupercayai, itu akan meringankan bebanmu meski tidak bisa menyelesaikannya untukmu.” Dai menjawab, “Aku capek menjadi tong sampah. Dan aku tidak pernah bisa menjadi sampah.” Bagitu dia menggambarkan kesulitannya berbagi masalah, sedangkan masalah teman-temannya selalu dia dengar dan dia terima.

Dia mengibaratkan bahwa dirinya adalah tong sampah yang selalu menerima sampah, kotoran yang selalu ingin dihilangkan dari diri orang lain. Sedangkan ia sulit membuang kotoran itu keluar dari dirinya, belum lagi kotoran yang memang berasal dari dirinya.

Sobat, pernahkah kalian merasakan hal serupa yang dialami sahabat saya itu?

Kalau begitu, bersyukurlah…

Karena menjadi tong sampah bagi orang lain, berarti keberadaanmu diperlukan oleh orang-orang di sekitarmu. Keberadaanmu penting bagi mereka, dan dirimu telah mendapatkan kepercayaan mereka untuk menampung dan menjaga sampah-sampah mereka.

Agar dirimu tidak penuh oleh tumpukan sampah itu, maka luaskanlah ‘dirimu’, ‘hatimu’ sehingga sebanyak apapun sampah yang kauterima tidak mudah menjadikanmu ‘penuh sesak’ yang akan menyesakkan dadamu.

Tetapi seberapa pun besar dan luas ‘dirimu’, jika terus ditumpuki akan tetap penuh.

Gimana bila hati dan diri kita tidak mudah sesak oleh sampah?

Berbagilah…

Berbagi sampah bukan berarti menumpahkan semua sampah dalam diri kita ke tempat sampah yang lain.

Berbagi dalam artian pilahlah sampah yang  ada dalam dirimu, salurkan ke tempatnya masing-masing agar sampah-sampah itu tidak hanya keluar dari dirimu, tetapi sampah itu menjadi berguna di tempat lain.

Bingung ya?

Masih dengan analogi sampah. Pilahlah sampahmu, antara sampah basah, sampah kertas, sampah plastik, sampah logam, dan sampah kaca. Setelah dipilah, pindahkan sampah itu sesuai kelompoknya masing-masing. Bawa sampah kertas ke tempat daur ulang kertas. Bawa sampah plastik ke pabrik plastik bekas, tuangkan sampah basah ke dekomposer, bawa sampah logam ke pabrik logam, dan sampah kaca ke pabrik pengolah kaca. Maka tempat sampahmu akan bersih, siap menampung sampah-sampah baru dengan ‘lega’ dan tetap membawa manfaat di tempat-tempat yang lain.

Memang bukan perkara mudah untuk memilah sampah yang ada pada diri kita apalagi di saat tong sampah kita mulai penuh sesak. Dan bukan hal yang ringan untuk membawa sampah kita ke tempat-tempat yang sesuai dengannya. Tetapi, yakinlah, dengan berusaha sebaik mungkin yang kita bisa, kita akan menjadi tong sampah yang baik, tong sampah yang mulia.

Paling tidak ketika kita belum bisa melakukan itu semua, cobalah cerna sampah-sampah yang masuk ke dalam dirimu agar dirimu bisa belajar darinya tanpa harus melalui masalah serupa.

Selamat belajar, selamat berjuang sobat!!!

Let us do our best to be the best!!

Ganbatte kudasai!!! ^_^

Tag:, , , ,

About ryu1nayumi

Sebutir pasir yang berharap bisa bermanfaat untuk makhluk lain

3 responses to “Tong Sampah”

  1. hidatte says :

    ditunggu tulisannya yang baru….^^

  2. hidatte says :

    ganbatte ne…
    aku jg blum bisa kontinyu nulisnya…masih persamaan diskret.hhee 😀

Tinggalkan komentar